Total Pageviews

Wednesday 19 November 2014

AGAMA, IDENTITAS ATAUKAH AMALAN ?

Agama seringkali di jadikan alat untuk melegitimasi perbuatan seseorang atau kelompok tertentu dalam melakukan aksi ataupun untuk mencapai tujuannya.  Karena agama mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap penganutnya, oleh sebab itulah isu agama menjadi isu yang paling sering di angkat untuk memobilisasi massa dan memainkan emosi penganutnya untuk menciptakan sentimen negatif.

Agama mayoritas di setiap negara, atau wilayah merupakan yang paling sering di jadikan alat propaganda dan sentimen negatif terhadap isu-isu tertentu.  Dan dengan cepat akan menimbulkan reaksi oleh para penganutnya, terutama bagi mereka yang memiliki fanatisme buta.  Sebagai contoh, di Indonesia isu-isu agama Islam menjadi barang dagangan yang paling sering di angkat atau di jual dalam politik maupun mencari dukungan publik.  Kualitas seorang pemimpin seringkali di abaikan karena sentimen agama yang di munculkan ini.  Sehingga ketika setiap pemimpin yang seharusnya berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dan memberikan yang terbaik untuk dapat di pilih, saat ini justru sebaliknya, mereka cukup mengangkat isu agama dan rasial lainnya dalam persaingan menjadi pemimpin.  Dan lagi-lagi masyarakat terjebak dalam isu agama ini tanpa melihat kualitas kepemimpinan seseorang.  Dan hingga saat ini isu agama masih menjadi idola dan strategi utama dalam setiap pemilihan kepala daerah maupun pemilihan pemimpin secara nasional.

Di negara lain, dari berita-berita yang kita baca. Di belahan dunia lainpun sepertinya tidak jauh berbeda.  Seperti di India yang mayoritas penduduknya beragama hindu, atau di Eropa dan Amerika yang mayoritasnya pemeluk Nasrani.  Agama mayoritas menjadi alat propaganda yang manjur dalam membangun sentimen masyarakat dan mencari dukungan publik.

Kenapa hal itu bisa terjadi? Saya berpendapat karena Agama telah tereduksi oleh sifat manusia dan di jadikan identitas semata.  Sehingga seringkali timbul emosi dan sentimen yang muncul bila ada isu yang menyinggung Agama yang mereka anut.  Identitas agama ini hampir sama dengan identitas kedaerahan, suku dan kelompok yang harus mereka bela dan pertahankan.  Walaupun dalam pelaksanaan kehidupan sehari-hari jauh dari ajaran agamanya, namun seseorang rela berkorban dengan nyawa sekalipun jika menyangkut masalah agama itu sendiri.

Sebagai pribadi saya berpendapat Agama adalah tuntunan bagi seseorang untuk bertingkah laku, baik bicara, berbuat dan lain sebagainya dalam kehidupan ini.  Agama adalah pembentuk akhlak dalam berbagai bidang kehidupan.  Agama mengajarkan dan mengatur berbagai sendi kehidupan di masyarakat.  Dengan berlandaskan kepada ke Tuhanan atau pengabdian pada sang Pencipta.  Agama hadir untuk di amalkan dalam kehidupan sehari-hari bukan untuk di jadikan identitas semata.

Pengorbanan dan pembelaan yang tinggi terhadap agama adalah ketika seseorang mampu menjalankan ajaran agamanya tersebut di tengah-tengah masyarakat yang bertentangan dengan ajaran agamanya tersebut.  Bagaimana kita bisa menolak untuk korupsi atau bahkan melawan korupsi di tengah-tengah masyarakat yang menjadikan korupsi sebagai hal yang biasa.  Bagaimana kita bisa jujur dalam dunia yang penuh dengan kebohongan.  Itu adalah perjuangan yang harus di lakukan pemeluk agama dalam membela agamanya tersebut.  Karena pemahaman dan pengamalan para pemeluk agama ini akan menjadi identitas agama itu sendiri bagi orang lain.  Sebagai contoh, bagaimana orang-orang di Eropa dan Amerika yang melihat Islam sebagai agama yang barbar ketika para pemeluknya melakukan kebrutalan di negara-negara yang mayoritas pemeluknya Islam. Bukan dari substansi ajaran Islam secara keseluruhan.

Agama sebagai Identitas sebuah bangsa

Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk Islam terbesar di dunia, menjadi salah satu contoh dan tolok ukur dalam menilai indentitas Islam oleh masyarakat dunia.  Islam akan di nilai dari personifikasi ajaran islam kedalam kehidupan masyarakat kita.  Akhlakul Karimah sebagai perwujudan dari pengamalan ajaran Islam akan menjadi identitas Islam itu sendiri.  Islam bukanlah sekedar simbolisasi yang bisa menyebabkan kita terjebak dalam ritual-ritual yang simbolis, sehingga tidak teraktualisasi dalam akhlak dan perilaku yang baik dan menjadi tauladan bagai pemeluk agama lain.

Ulama menjadi faktor penting dalam membentuk Identitas Islam di Indonesia.  Ulama yang merupakan pewaris Nabi menjadi tauladan utama dalam berakhlak.  Dalam berbagai momen saya sering mendengar ceramah-ceramah para ulama yang merasa sedih karena sekarang ulama sudah tidak di dengar lagi oleh ummat.  Saya justru sedih jika ada ulama yang berkata demikian.  Kenapa? Karena itu tadi Ulama adalah pewaris Nabi, dan apa yang di wariskan Nabi, Kehormatankan? Atau Kekuasaan? Yang saya tahu ada dua hal yang di wariskan Nabi SAW kepada ummatnya? yaitu Al Qur’an dan As Sunnah.  Lalu ada hadist juga yang menyatakan bahwa akhlak Rasulullah adalah Al Qur’an. Dan Sunnah sendiri artinya perbuatan-perbuatan Rasulullah SAW dan para sahabatnya.  Maka jika para ulama minta di dengar dan di hormati oleh ummat sementara belum melakukan apa yang di wariskan oleh Nabi SAW maka sulit untuk bisa menjadikan Ulama sebagai tuntunan bagi ummat dan di dengarkan perkataannya.

Kehadiran Ulama di tengah-tengah masyarakat merupakan perwujudan dari kehadiran Rasulullah SAW, hal itu tercermin dalam sikap, perkataan, perbuatan dan perannya dalam masyarakat.  Jika para Ulama di Indonesia mampu menjadi pewaris Rasulullah SAW, maka Indonesia akan menjadi contoh Identitas Islam sebagai rahmatan lil alamin di dunia.  Ketika Ibadah bukan hanya sekedar ritualitas, tapi merupakan pembentuk karakter dan iman seseorang.  Seperti bulan yang memantulkan sinar matahari di malam hari. Begitulah peran Ulama dalam kehidupan saat ini.  Sebagai pantulan sifat dan akhlak Rasulullah SAW dalam mengejawantahkan ajaran beliau.

Pada prisnsipnya ketika agama hanya di jadikan identitas bagi pemeluknya maka dia hanya akan menjadi sombolisasi yang bisa menimbulkan kekacauan dan pertikaian karena adanya perbedaan baik dalam pemahaman agama itu sendiri maupun keyakinan.  Sementara jika agama mampu menjadi amalan dalam kehidupan sehari-hari dan pembentuk karakter dan sifat manusia untuk menciptakan pribadi-pribadi yang karomah, maka setiap orang akan berusaha menunjukkan yang terbaik dalam agamanya melalui perilaku dan akhlak yang terbaik.  Sehingga terwujud manusia yang berlomba-lomba dalam kebaikan (Fashtabikhul Khairat).  Dan agama sebagai identitas yang melekat pada diri kita akan terlihat dalam akhlakul karimah.

"kebaikan yang kita buat akan kembali kepada kita, begitu juga sebaliknya."

No comments:

Post a Comment