Total Pageviews

Sunday, 6 October 2024

PIRAMIDA EKONOMI DAN SOSIAL

Ekonomi sering kali dikuasai oleh sedikit orang karena adanya fenomena yang dikenal sebagai distribusi kekayaan tidak merata. Dalam banyak kasus, segelintir individu atau korporasi menguasai sebagian besar sumber daya ekonomi melalui proses yang terjadi secara historis dan struktural. Beberapa faktor yang mendasari ini meliputi:

1. Akumulasi Kekayaan: Orang atau perusahaan yang sudah kaya cenderung memiliki akses lebih besar terhadap investasi yang menghasilkan lebih banyak kekayaan, sehingga terjadi efek snowball di mana mereka terus memperbesar kekayaannya, sementara banyak orang lainnya tetap berada di tingkat ekonomi yang stagnan.


2. Akses terhadap Pendidikan dan Koneksi: Orang-orang yang sudah berada di puncak piramida ekonomi sering kali memiliki akses lebih besar ke pendidikan berkualitas, pelatihan, teknologi, dan jaringan sosial yang membantu mereka mempertahankan dan memperluas kekayaan mereka.


3. Kebijakan Ekonomi: Kebijakan pemerintah, seperti pemotongan pajak bagi orang kaya atau korporasi, regulasi pasar, dan program privatisasi, sering kali menguntungkan mereka yang sudah memiliki kekayaan, memperkuat konsentrasi kekayaan pada kelompok kecil.



Hukum Piramida dalam Ekonomi dan Kehidupan

Hukum Piramida adalah konsep yang menggambarkan struktur kekuatan dan kekayaan dalam masyarakat di mana:

Bagian atas piramida dikuasai oleh sedikit orang yang memiliki kekuasaan dan kekayaan yang signifikan.

Bagian tengah piramida terdiri dari kelas menengah yang relatif kecil dengan kekayaan dan pengaruh yang moderat.

Dasar piramida dihuni oleh mayoritas populasi yang memiliki sedikit kekayaan dan sumber daya.


Konsep ini berlaku tidak hanya dalam ekonomi tetapi juga dalam berbagai aspek kehidupan, seperti organisasi sosial, politik, dan bisnis. Berikut adalah beberapa poin penting terkait dengan Hukum Piramida:

Teori Pareto (80/20 Rule): Salah satu prinsip yang sering dikaitkan dengan distribusi tidak merata adalah Hukum Pareto, di mana 20% populasi menguasai 80% kekayaan. Prinsip ini menggambarkan bagaimana kekayaan, sumber daya, atau hasil cenderung terkonsentrasi pada segelintir orang di puncak.

Power Law: Distribusi kekayaan dan kekuasaan sering mengikuti pola power law, di mana hanya sedikit orang atau entitas yang mengendalikan sebagian besar sumber daya, sementara mayoritas memiliki bagian yang sangat kecil. Ini juga berlaku dalam dunia bisnis, di mana segelintir perusahaan besar (misalnya Amazon, Google) mendominasi pasar global.


Implikasi dalam Kehidupan dan Ekonomi

Stratifikasi Sosial: Ketimpangan ekonomi yang digambarkan oleh Hukum Piramida menciptakan lapisan-lapisan sosial yang berbeda dalam masyarakat. Ini menyebabkan perbedaan dalam akses terhadap layanan kesehatan, pendidikan, dan kesempatan ekonomi, yang pada gilirannya memperparah ketimpangan yang sudah ada.

Ketidakadilan Sosial: Ketika kekayaan dan kekuasaan terakumulasi di puncak piramida, ketidakpuasan sosial dapat meningkat, yang pada akhirnya bisa menyebabkan ketidakstabilan politik, gerakan protes, atau bahkan revolusi. Kesenjangan yang melebar juga dapat memicu kebijakan redistribusi, seperti pajak progresif atau program bantuan sosial.


Fenomena piramida ini adalah refleksi dari dinamika ekonomi yang kompleks dan sering kali dipengaruhi oleh faktor-faktor struktural yang sulit diubah tanpa intervensi besar.


Analisis Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia dan Hubungannya dengan Tingkat Pendidikan

Analisis Ku

1. Pendahuluan

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor kunci dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan suatu negara. Di Indonesia, peningkatan kualitas SDM sering kali dikaitkan dengan peningkatan pendidikan, terutama dalam rangka menghadapi tantangan globalisasi dan transformasi teknologi. Namun, apakah tingkat pendidikan di Indonesia benar-benar berbanding lurus dengan kualitas SDM?

Artikel ini akan membahas kondisi SDM di Indonesia, pengaruh pendidikan terhadap kualitas SDM, dan tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan SDM yang berkualitas.

2. Kualitas SDM di Indonesia

Kualitas SDM diukur dari kemampuan tenaga kerja dalam menghasilkan nilai tambah bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator yang sering digunakan untuk mengukur kualitas SDM adalah Human Development Index (HDI), yang mencakup tiga dimensi: harapan hidup, tingkat pendidikan, dan pendapatan per kapita.

Menurut Laporan Pembangunan Manusia 2023 oleh UNDP, HDI Indonesia berada di peringkat 114 dari 191 negara, dengan nilai 0.718, yang menempatkannya dalam kategori pembangunan manusia menengah tinggi. Walaupun angka ini terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, Indonesia masih tertinggal dari beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, terutama dalam aspek pendidikan dan produktivitas.

Selain itu, World Bank menyoroti bahwa kualitas SDM Indonesia menghadapi tantangan serius dalam hal keterampilan kerja dan daya saing di pasar global. Indeks Modal Manusia (Human Capital Index) Indonesia berada di posisi rendah dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara, menunjukkan bahwa potensi generasi muda untuk berkontribusi secara maksimal terhadap ekonomi masih belum optimal.

3. Hubungan Pendidikan dengan Kualitas SDM

Pendidikan sering dianggap sebagai kunci untuk meningkatkan kualitas SDM. Secara teoritis, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula kemampuan mereka untuk bekerja secara efektif dan produktif. Namun, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan terkait hubungan antara pendidikan dan kualitas SDM di Indonesia:

Akses terhadap Pendidikan: Akses pendidikan di Indonesia telah meningkat signifikan dengan program wajib belajar 12 tahun dan pembangunan infrastruktur pendidikan di berbagai wilayah. Namun, kualitas pendidikan di daerah terpencil masih jauh tertinggal dibandingkan dengan kota-kota besar. Ini menciptakan kesenjangan dalam kemampuan tenaga kerja yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

Kurikulum dan Relevansi Keterampilan: Salah satu masalah utama dalam sistem pendidikan di Indonesia adalah kurangnya kesesuaian antara kurikulum dan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja. Banyak lulusan yang tidak memiliki keterampilan teknis atau soft skills yang diperlukan di pasar kerja modern, terutama di era digital dan teknologi 4.0. Hal ini membuat lulusan dengan gelar akademik tidak selalu siap untuk bekerja secara produktif di industri yang ada.

Tingkat Pengangguran Terdidik: Salah satu fenomena yang sering terjadi di Indonesia adalah tingginya tingkat pengangguran terdidik. Banyak lulusan perguruan tinggi yang kesulitan mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bidangnya, menunjukkan bahwa pendidikan formal tidak selalu menjamin peningkatan kualitas SDM jika tidak disertai dengan keterampilan yang relevan dengan pasar.


4. Tantangan dalam Meningkatkan Kualitas SDM melalui Pendidikan

Meskipun pendidikan berperan penting dalam peningkatan kualitas SDM, terdapat beberapa tantangan yang menghambat proses ini di Indonesia:

Kesenjangan Kualitas Pendidikan: Pendidikan berkualitas cenderung terkonsentrasi di daerah perkotaan dan daerah-daerah maju. Sementara di daerah tertinggal, fasilitas pendidikan, tenaga pengajar, dan infrastruktur pendidikan masih minim, yang menyebabkan kualitas lulusan dari daerah tersebut lebih rendah.

Kualitas Tenaga Pendidik: Salah satu tantangan besar adalah kualitas tenaga pendidik. Masih banyak guru di Indonesia yang belum memiliki kompetensi yang memadai untuk mengajar sesuai dengan standar yang diinginkan. Hal ini berdampak langsung pada kualitas lulusan yang dihasilkan.

Teknologi dan Transformasi Digital: Dunia kerja saat ini semakin didominasi oleh teknologi, dan transformasi digital menjadi kunci dalam peningkatan produktivitas. Namun, banyak institusi pendidikan di Indonesia yang belum mengintegrasikan teknologi dengan baik dalam kurikulum, sehingga lulusan kurang siap untuk menghadapi tantangan di era digital.


5. Kesimpulan

Secara keseluruhan, pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas SDM di Indonesia, tetapi hubungan antara tingkat pendidikan dan kualitas SDM tidak selalu linear. Tantangan dalam kualitas pendidikan, relevansi kurikulum, kesenjangan regional, dan kesiapan tenaga kerja dalam menghadapi transformasi teknologi membuat peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan memerlukan pendekatan yang lebih komprehensif.

Untuk memaksimalkan potensi SDM di Indonesia, pemerintah perlu fokus pada perbaikan sistem pendidikan yang lebih sesuai dengan kebutuhan industri, peningkatan kualitas tenaga pengajar, serta peningkatan akses dan kualitas pendidikan di daerah tertinggal. Dengan demikian, pendidikan tidak hanya menjadi sarana untuk mencapai angka literasi yang tinggi, tetapi juga untuk menciptakan tenaga kerja yang produktif dan kompetitif di tingkat global.

Referensi:

1. Laporan UNDP tentang Human Development Index 2023.


2. Data World Bank mengenai Human Capital Index 2023.


3. Laporan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang kualitas pendidikan di Indonesia.




Saturday, 5 October 2024

Indonesia menuju krisis ekonomi 98

Meskipun Indonesia menghadapi berbagai tantangan ekonomi global dan domestik, banyak analis memperkirakan bahwa Indonesia tidak akan mengalami krisis ekonomi sebesar krisis 1998 dalam waktu dekat. Krisis moneter tahun 1998 dipicu oleh kombinasi faktor internal dan eksternal yang unik pada saat itu, seperti kelemahan struktural ekonomi Indonesia, sistem perbankan yang rapuh, serta tekanan besar dari krisis keuangan Asia.

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Krisis 1998:

1. Krisis Finansial Asia 1997-1998: Krisis ini menyebar dari Thailand ke seluruh Asia Tenggara, termasuk Indonesia, karena melemahnya mata uang dan ketidakstabilan pasar finansial.


2. Kelemahan Sistem Perbankan: Sistem perbankan di Indonesia pada saat itu rapuh dengan pinjaman macet yang sangat tinggi. Ketika krisis melanda, bank-bank tidak memiliki modal yang cukup untuk menghadapi lonjakan permintaan uang.


3. Utang Luar Negeri: Indonesia memiliki utang luar negeri yang sangat tinggi dalam dolar AS, sehingga ketika rupiah terdepresiasi drastis, beban utang melonjak tajam dan ekonomi kolaps.


4. Kebijakan Ekonomi yang Tidak Solid: Krisis politik dan ketidakstabilan kebijakan di bawah pemerintahan Soeharto memperburuk situasi, dengan kurangnya transparansi dan tata kelola yang baik di berbagai sektor.



Apakah Indonesia Akan Mengalami Krisis Serupa?

Saat ini, meskipun ada tantangan ekonomi global, kemungkinan terjadinya krisis ekonomi besar seperti 1998 dinilai relatif rendah. Beberapa faktor penting yang membedakan kondisi sekarang dari tahun 1998 adalah:

1. Kondisi Makroekonomi yang Lebih Kuat:

Cadangan Devisa: Indonesia saat ini memiliki cadangan devisa yang jauh lebih besar (sekitar USD 140 miliar pada 2024), yang bisa digunakan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dan menghadapi volatilitas pasar.

Utang Luar Negeri Terkendali: Meskipun Indonesia memiliki utang luar negeri, struktur utangnya lebih terdiversifikasi dan lebih terkontrol dibandingkan 1998. Sebagian besar utang Indonesia juga dalam mata uang lokal, yang mengurangi risiko dari fluktuasi nilai tukar yang ekstrem.



2. Reformasi Sistem Perbankan: Setelah 1998, Indonesia memperkuat sektor perbankan melalui reformasi besar-besaran, meningkatkan modal perbankan dan menerapkan regulasi yang lebih ketat. Ini membuat sistem perbankan lebih tahan terhadap guncangan eksternal.


3. Kebijakan Fiskal dan Moneter yang Lebih Bijaksana: Bank Indonesia (BI) dan pemerintah Indonesia telah menerapkan kebijakan fiskal dan moneter yang lebih berhati-hati untuk mengantisipasi krisis global. BI menjaga inflasi tetap terkendali, dan pemerintah menjalankan kebijakan fiskal yang lebih disiplin dengan defisit anggaran yang lebih terkelola.


4. Diversifikasi Ekonomi: Indonesia telah mulai mendiversifikasi ekonomi dari ketergantungan pada ekspor komoditas, yang membuat ekonomi lebih tangguh terhadap penurunan harga komoditas global. Sektor digital dan manufaktur mulai berperan lebih besar dalam ekonomi.



Faktor-Faktor Eksternal yang Dapat Memicu Krisis

Walaupun stabilitas ekonomi Indonesia lebih kuat, beberapa tantangan eksternal dapat menimbulkan risiko, seperti:

1. Ketidakpastian Global: Ketegangan geopolitik global, seperti perang Rusia-Ukraina dan perang dagang AS-Cina, dapat memicu ketidakstabilan ekonomi global yang berdampak pada Indonesia. Harga energi yang tinggi atau kenaikan suku bunga global juga bisa memperberat beban utang negara berkembang.


2. Tekanan Inflasi Global: Pandemi COVID-19 dan krisis energi global telah menyebabkan inflasi tinggi di banyak negara, yang mendorong kenaikan suku bunga oleh bank sentral di negara maju. Ini bisa menyebabkan arus keluar modal dari negara berkembang, termasuk Indonesia, yang berpotensi melemahkan rupiah.


3. Fluktuasi Harga Komoditas: Meskipun Indonesia telah melakukan diversifikasi ekonomi, masih ada ketergantungan pada ekspor komoditas seperti batubara dan kelapa sawit. Penurunan harga komoditas secara drastis dapat mempengaruhi pendapatan negara dan neraca perdagangan.



Kesimpulan

Berdasarkan faktor-faktor di atas, kecil kemungkinan Indonesia akan mengalami krisis ekonomi sebesar tahun 1998 dalam waktu dekat. Stabilitas makroekonomi yang lebih baik, reformasi sistem perbankan, dan kebijakan ekonomi yang lebih bijaksana membuat Indonesia lebih siap menghadapi tantangan eksternal. Namun, risiko ketidakpastian global dan fluktuasi harga komoditas tetap harus diwaspadai.


Wednesday, 11 September 2024

Dialektika dalam Tradisi Ulama Islam yang Hilang

 

Jumlah pemeluk Islam di Indonesia sangatlah besar, menjadikannya sebagai negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia. Bahkan, jika kita bandingkan dengan negara-negara lainnya, Indonesia memiliki jumlah sarjana agama Islam yang begitu signifikan, melebihi program studi lain seperti Ekonomi, Hukum, atau Teknik. Namun, meskipun jumlah sarjana agama sangat besar, kontribusi nyata mereka terhadap peradaban bangsa, khususnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, masih tergolong kecil.

 

Salah satu indikator paling mencolok adalah tingginya angka korupsi di Indonesia. Sebagai bangsa yang mayoritas Muslim, kita seharusnya mencerminkan nilai-nilai moral dan etika yang diajarkan oleh agama Islam, terutama dalam hal amanah, kejujuran, dan tanggung jawab. Ironisnya, meskipun banyak dari pejabat publik dan tokoh masyarakat yang berlatar belakang pendidikan agama, mereka justru terlibat dalam kasus-kasus korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Padahal, ilmu agama adalah ilmu praktek, yaitu ilmu yang tidak hanya dipelajari secara teoretis, tetapi diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

 

1. Islam sebagai Ilmu Praktek:

 

Ilmu agama Islam adalah ilmu yang mengajarkan bagaimana seorang Muslim seharusnya berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai umat yang diajarkan untuk menjalankan nilai-nilai kejujuran, keadilan, kesederhanaan, serta kasih sayang, umat Islam di Indonesia seharusnya menjadi cerminan nyata dari ajaran-ajaran ini. Namun, fakta di lapangan menunjukkan adanya disonansi atau ketidakselarasan antara jumlah sarjana agama yang besar dengan perilaku sosial, politik, dan pemerintahan yang ada.

 

Keberadaan banyaknya sarjana agama Islam seharusnya menciptakan transformasi dalam kehidupan bangsa, di mana nafas ajaran Islam tampak dalam setiap aspek kehidupan masyarakat dan pemerintahan. Namun, yang terjadi malah sebaliknya. Praktik korupsi yang meluas, etika politik yang merosot, hingga perilaku masyarakat yang jauh dari moralitas yang diajarkan Islam, menimbulkan pertanyaan besar: Apa yang salah dengan pendidikan agama kita?

 

 

2. Hilangnya Dialektika dalam Tradisi Ulama:

 

Salah satu faktor penyebab lemahnya kontribusi sarjana agama terhadap peradaban adalah hilangnya dialektika dalam tradisi ulama. Di masa keemasan Islam, ulama dan cendekiawan Islam terlibat aktif dalam diskusi, debat, dan pengembangan pemikiran yang kritis. Pemikiran Islam tidak hanya terbatas pada masalah-masalah fiqih (hukum) semata, tetapi juga mencakup sains, filsafat, politik, dan sosial. Sayangnya, tradisi diskusi kritis atau dialektika ini mulai memudar di banyak institusi pendidikan Islam.

 

Ilmu agama saat ini cenderung diajarkan secara dogmatis dan tekstual, tanpa memberikan ruang bagi pengembangan pemikiran kritis. Para sarjana agama dilatih untuk memahami teks-teks agama secara kaku, tanpa mendorong mereka untuk menganalisis secara mendalam relevansi ajaran Islam terhadap tantangan zaman modern. Hal ini berdampak pada terbentuknya generasi yang sulit menyesuaikan ajaran agama dengan realitas sosial dan politik yang ada.

 

3. Pentingnya Revitalisasi Pemikiran Kritis dalam Pendidikan Agama:

 

Agar pendidikan agama Islam dapat memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan peradaban bangsa, sangat penting untuk merevitalisasi pemikiran kritis dalam pendidikan agama. Institusi pendidikan Islam harus mendorong para siswa dan mahasiswa untuk berpikir secara kritis, tidak hanya terhadap teks-teks agama tetapi juga terhadap realitas sosial yang ada di sekitarnya.

 

Pemikiran kritis ini dapat membantu umat Islam untuk lebih memahami relevansi ajaran Islam dalam konteks modern, termasuk dalam hal etika politik, pemerintahan, dan masyarakat. Dengan demikian, ilmu agama dapat menjadi landasan yang kokoh dalam menciptakan masyarakat yang adil, jujur, dan bermartabat.

 

4. Memperkuat Peran Sarjana Agama dalam Masyarakat:

 

Sarjana agama seharusnya tidak hanya berperan sebagai pendakwah atau pengajar, tetapi juga sebagai agen perubahan sosial. Mereka harus berani terlibat dalam isu-isu sosial, politik, dan pemerintahan, serta menjadi contoh dalam menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan publik. Dengan memperkuat peran sarjana agama di masyarakat, kita bisa berharap terjadi pergeseran positif dalam perilaku dan kebijakan publik.

 

Kesimpulan:

 

Jumlah sarjana agama yang besar di Indonesia seharusnya memberikan kontribusi signifikan terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa masih ada kesenjangan antara ilmu agama yang diajarkan dan perilaku nyata di masyarakat. Hilangnya tradisi dialektika dan pemikiran kritis dalam pendidikan agama menjadi salah satu faktor utama penyebab lemahnya kontribusi ini. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk merevitalisasi tradisi pemikiran kritis dalam pendidikan agama, sehingga ajaran Islam dapat lebih relevan dan memberikan dampak nyata dalam kehidupan sosial, politik, dan pemerintahan.

Thursday, 18 July 2024

KESURUPAN MASSAL

 Pak Abdur, guru agama, segera berlari menuju kelas yang sedang heboh. Rupanya, ada tujuh anak perempuan yang kesurupan. Ada yang nyinden, menari, tertawa-tawa, dan menangis. Sementara itu, siswa laki-laki berusaha menjaga mereka agar tidak kemana-mana.

"Ada apa ini?" tanya Pak Abdur kepada seorang siswa yang terlihat kebingungan melihat teman-temannya dalam kondisi seperti itu. Tidak lama kemudian, kepala sekolah sudah hadir di situ, tertarik oleh kehebohan yang terjadi di kelas tersebut.

"Apa yang terjadi, Pak?" tanya kepala sekolah kepada Pak Abdur.

"Anak-anak kerasukan, Pak," jawab Pak Abdur.

"Joni, coba kamu panggil Pak Ustaz sekitar sini yang bisa membantu," kata Pak Abdur kepada salah seorang siswa yang kebetulan tinggal di sekitar sekolah dan tahu orang-orang di lingkungannya.

"Lho, kenapa panggil Ustaz, Pak?" tanya kepala sekolah. "Ini paling tren sekarang, harusnya kita panggil psikiater untuk membantu mereka. Kita ini kan orang-orang terpelajar yang mampu berpikir logis, bukan mistis," lanjut kepala sekolah. Pak Abdur hanya diam sambil membantu siswa-siswa untuk menenangkan murid-murid yang kesurupan.

"Joni, coba kamu ke Bu Rieka, suruh hubungi Bu Maya, psikiater kenalannya. Mungkin bisa bantu kita di sini," kata kepala sekolah kepada Joni.

"Iya, Pak," jawab Joni cepat dan bergegas ke ruang guru. Tidak lama kemudian, Joni datang bersama Bu Rieke dan menghampiri kepala sekolah.

"Maaf, Pak, kata Bu Maya dia bisa membantu, tapi tarifnya per orang lima ratus ribu rupiah. Bagaimana, Pak?" tanya Bu Rieke menunggu persetujuan kepala sekolah.

"Lho, ini kan darurat... siapa yang mau bayar... wah," kepala sekolah bingung.

"Bagaimana ini, Pak?" tanya Pak Abdur lagi. "Kasihan mereka kalau kelamaan menunggu," lanjut Pak Abdur.

"Ya, terserah bapak saja," jawab kepala sekolah.

"Ya sudah, Jon, kamu tolong panggil Pak Ustaz untuk membantu," kata Pak Abdur cepat. Dan dengan sigap Joni melesat memanggil Pak Ustaz yang bisa membantu murid-murid yang kesurupan.

Pak Ustaz dan Joni datang, dan dengan sigap Pak Ustaz membantu menyembuhkan murid-murid yang kesurupan, dibantu Pak Abdur dan murid-murid yang sadar. Sementara kepala sekolah dan Bu Rieke hanya memperhatikan. Setelah semuanya selesai, seluruh siswa yang kesurupan sudah sadar semua. Pak Ustaz pun pamit. Pak Abdur mengucapkan terima kasih sambil menyelipkan amplop berisi uang lima puluh ribu rupiah.

Thursday, 27 June 2024

Cilegon, 1888

 

Pada Juli 1888, Cilegon berada di ambang pemberontakan. Para haji, guru agama, dan petani, yang selama ini tertindas oleh pemerintahan kolonial Belanda, memutuskan untuk melawan. Suasana di desa-desa penuh ketegangan. Di tengah malam, bisikan-bisikan tentang rencana pemberontakan menyebar di kalangan penduduk.

 

Haji Ismail, seorang pemimpin kharismatik dan guru agama, menjadi tokoh sentral dalam gerakan ini. Di setiap majelisnya, Haji Ismail menyampaikan pesan-pesan perjuangan dan keadilan. Bersama dengan tokoh-tokoh lain seperti Kiai Sanusi dan Haji Mansur, mereka merencanakan pemberontakan yang matang.

 

Pada malam yang telah ditentukan, sekitar seratus orang berkumpul di rumah Haji Ismail. Mereka mendengarkan pidato terakhir dari sang pemimpin. “Saudara-saudara, kita telah lama hidup dalam penindasan. Hari ini, kita akan menuntut keadilan. Allah bersama kita!” teriaknya penuh semangat. Semua orang merespons dengan pekik takbir yang menggema di seluruh desa.

 

Keesokan paginya, pemberontakan meletus. Para petani yang bersenjatakan senjata seadanya menyerang pos-pos Belanda. Mereka menembus barisan tentara kolonial dengan keberanian yang luar biasa. Namun, persenjataan dan pengalaman militer Belanda jauh lebih unggul. Pertempuran berlangsung sengit dan memakan banyak korban di kedua belah pihak.

 

Haji Ismail dan rekan-rekannya terus memimpin serangan, meski tahu peluang mereka tipis. Semangat juang mereka membuat pasukan Belanda kewalahan. Tetapi akhirnya, kekuatan kolonial berhasil memukul mundur para pemberontak. Puluhan orang tewas, dan banyak yang ditangkap, termasuk Haji Ismail.

 

Malam itu, Cilegon kembali sunyi. Namun, di penjara kolonial, Haji Ismail dan rekan-rekannya merasakan ketidakpastian. Mereka tahu nasib mereka tidak akan berakhir baik. Namun, mereka tetap tegar, berdoa, dan menguatkan satu sama lain.

 

Pagi itu, keputusan hukuman dibacakan. Haji Ismail, Kiai Sanusi, dan Haji Mansur dijatuhi hukuman mati dengan cara digantung. Berita ini menyebar cepat dan menimbulkan kegemparan di kalangan penduduk. Rasa takut bercampur dengan kemarahan.

 

Hari eksekusi tiba. Sebuah tiang gantungan didirikan di tengah alun-alun kota. Penduduk berkumpul, dipaksa menyaksikan akhir dari perjuangan para pemimpin mereka. Matahari terbit dengan lambat, seolah enggan menyaksikan tragedi yang akan terjadi.

 

Ketika Haji Ismail dibawa ke tiang gantungan, dia tampak tenang. Dengan tatapan penuh keyakinan, dia menatap penduduk yang hadir. “Jangan pernah takut, saudara-saudaraku. Keadilan Allah pasti akan datang,” katanya dengan suara yang menggema.

 

Tali gantung dipasangkan di lehernya. Haji Ismail memejamkan mata, berdoa untuk terakhir kalinya. Saat tali itu ditarik, teriakan histeris pecah dari kerumunan. Namun, di antara tangis dan teriakan, ada juga suara takbir yang tetap menggema, menandakan bahwa semangat perlawanan tidak pernah padam.

 

Haji Ismail dan rekan-rekannya telah tiada, namun keberanian mereka menginspirasi banyak orang. Pemberontakan mungkin telah dipadamkan, tapi benih-benih perlawanan terus tumbuh di hati masyarakat Banten. Sejarah mencatat bahwa perjuangan mereka tidak sia-sia, menjadi simbol keberanian melawan penindasan.

 

Hingga hari ini, cerita tentang Geger Cilegon tetap hidup, mengingatkan kita akan keberanian mereka yang berani menantang ketidakadilan meski harus membayar dengan nyawa. Akhir yang dramatis dari Haji Ismail dan rekan-rekannya menjadi pengingat abadi bahwa perjuangan untuk keadilan dan kebebasan selalu layak diperjuangkan.

Tuesday, 23 April 2024

SELAMAT GARUDA MUDA, KALIAN MENOREH SEJARAH!!

 

Timnas Sepakbola Indonesia kembali mencatat sejarah dengan gemilang, kali ini dilakukan oleh timnas U-23 yang dibimbing oleh Shin Tae Yong. Setelah sebelumnya melangkah memperoleh prestasi pertama dengan lolos ke putaran final Piala Asia, mereka kini tampil di atas panggung kualifikasi. Awalnya, banyak yang meragukan performa mereka di turnamen ini. Pasalnya, ini merupakan debut Indonesia di ajang tersebut, ditambah lagi dengan berada di grup A yang cukup berat, bersama Qatar sebagai tuan rumah, Australia, dan Yordania. Tantangan yang berat mengingat sejarah sulitnya Indonesia melawan ketiga negara tersebut, terutama Qatar yang tengah menikmati kebangkitan sepakbolanya setelah memenangkan Piala Asia 2023.

 

Perjalanan timnas U-23 dimulai dengan kekalahan dari tuan rumah Qatar dengan skor 2-0. Meskipun bermain dengan baik, laga ini tercoreng oleh kontroversi kepemimpinan wasit. Banyak yang merasa keputusan wasit lebih condong mendukung tuan rumah. Tim Indonesia bahkan harus menyelesaikan pertandingan dengan sembilan pemain, karena Ivar Jenner mendapat kartu kuning kedua di awal babak kedua, diikuti Ramadhan Sananta yang diusir pada menit-menit akhir.

 

Namun, di laga kedua, Indonesia bangkit dengan mengalahkan Australia. Satu-satunya gol dicetak oleh Komang Teguh, membuka peluang Indonesia untuk melangkah ke babak knockout. Performa Indonesia sungguh impresif, mental mereka tidak tergoyahkan oleh kekalahan sebelumnya. Meskipun di babak kedua mereka lebih bertahan, mereka berhasil mempertahankan keunggulan hingga peluit akhir berbunyi. Dan itu merupakan sejarah, karena pertama kalinya Indonesia mengalahkan Australia di ajang resmi.

 

Laga ketiga melawan Yordania menjadi penentuan nasib Indonesia untuk melaju ke fase gugur atau perempat final. Banyak yang meragukan kemampuan Indonesia melawan tim dari Timur Tengah, namun secara mengejutkan, Indonesia mampu tampil luar biasa dan mengalahkan Yordania dengan skor 4-1. Gol-gol Indonesia dicetak oleh Marselino Ferdinand, Witan Sulaeman, dan Komang Teguh. Meskipun terpaksa kebobolan satu gol akibat bunuh diri Justin Hubner, Indonesia tetap unggul jauh.

 

Kemenangan atas Yordania ini membuat Indonesia mencatat sejarah dengan lolos ke babak knockout untuk pertama kalinya, mengingat ini adalah debut Indonesia di Piala Asia U-23. Kini, harapan pun berkobar untuk melaju hingga memperoleh posisi tiga besar, yang akan membawa mereka menuju Olimpiade Paris 2024. Kita semua menanti kejutan-kejutan selanjutnya dari anak-anak asuhan Shin Tae Yong ini. Mampukah mereka mewujudkan mimpi tersebut?

Thursday, 22 February 2024

Cerita Misteri : Pengalaman aneh di tahun 2019

 

Pada tahun 2019, saya mengalami serangkaian peristiwa yang membuat saya merasa bingung dan terganggu. Awalnya, hampir setiap malam saya mendengar suara orang yang tampaknya melompat dari atas tembok ke tempat di belakang samping rumah saya, yang biasanya saya gunakan untuk menjemur pakaian. Rumah kami berbentuk kotak dengan dua kamar tidur yang saling berdekatan secara linier, dengan pintu yang menghadap ke ruang tamu dan ruang keluarga tanpa sekat. Hal ini memungkinkan saya untuk melihat televisi dari ruang tamu yang terletak di balik dinding kamar mandi. Di samping kamar belakang adalah dapur, yang berdekatan dengan kamar mandi dan memiliki pintu keluar di samping rumah. Jendela kamar belakang menghadap ke samping rumah yang sudah ditutup dengan tembok.

Suara-suara ini membuat saya terganggu, terutama karena ketika saya mencoba untuk memeriksanya, tidak ada orang yang terlihat di sana. Meskipun demikian, suara langkah orang di atas atap yang sering terdengar saya abaikan.  Pada suatu waktu saya pernah meminta istri dan anak saya untuk mengintip lewat jendela kamar sementara saya dengan berbekal tongkat satpam meyergap dari pintu dapur.  Saya meminta mereka teriak untuk member tahu posisi maling jika memang ada dan saya tidak bisa melihatnya, karena kondisi yang kurang penerangan.  Dengan sigap saya menyeruak cepat dengan posisi siaga setelah membuka pintu.  Namun tidak ada apa-apa, tidak ada pergerakan atau apapun.  Saya mencoba memperhatikan sekeliling namun tidak menemukan tanda-tanda apapun atau keberadaan orang.  Setelah yakin aman maka saya kembali masuk dan menemukan istri dan anak-anak sedang duduk di sofa ruang televise.  “Heh, gimana tadi? Gak liat sesuatu?” tanyaku ke mereka dengan sedikit heran.  “boro-boro pah, orang tadi mama langsung kabur, jadi kita ikutan kabur kesini..” kata anakku yang besar.  “yah.. pantesan tadi sepi-sepi aja..” jawabku.   “Takut... nanti pas buka gorden tahu-tahunya ada wajah di jendela..” jawab istriku senyum-senyum.. jadi setelah kejadian itu aku mengabaikan jika mendengar suara-suara aneh di belakang atau di atap.

Hari itu sudah agak siang, sekita jam tujuh pagi.  Anak-anak dan istriku sudah berangkat ke sekolah dan kantor.  Aku mengambil handuk dan bersiap mandi, namun badanku rasanya agak aneh.  Tidak biasanya aku merasa kedinginan, padahal biasanya aku mandi jam tiga atau empat pagi dan tidak pernah kedinginan.  “Mungkin badan lagi drop..” kataku dalam hati.  Aku meneruskan mandiku dan... AArrhhh... aku mengerang kesakitan.  Kedua telapak tanganku terasa begitu sakit seperti di tusuk=tusuk jarum saat aku menyiram air ke tubuhku.  Aku coba abaikan dan meneruskan mandi, tapi sakitnya semakin terasa jadi aku memutuskan untuk menyelsaikan mandiku tanpa sabunan.

Hari berikutnya pun sama.  Sabtu dan minggu, setiap aku mandi aku berteriak menahan rasa sakit setiap kali mandi, sehingga istriku menanyakannya.  Aku juga tidak mengerti kenapa kedua telapak tanganku terasa sakit setiap kali mandi.  Tapi secara fisik aku merasa baik-baik saja.  Dan seninnya badanku demam dan jatuh sakit.  Yang kurasakan seperti sakit gejala typus yang pernah kualami dulu.  Jadi aku memutuskan untuk tidak ke dokter, tapi menitip ke istriku untuk membelikan obat untuk gejala typus.  Dan sakit itu berjalan selama dua minggu.  Namun di hari sabtu dan minggu badanku terasa enak dan sehat, nanti seninnya sakit lagi.  Di minggu kedualah aku merasa benar-benar sehat.

Namun pada seninya aku kembali sakit.  Kali ini perutku terasa sakit sekali sehingga aku tidak bangun dari tempat tidur.  Kali ini aku tidak tahu sakitnya apa karena aku belum pernah merasakan sakit seperti ini.  Aku pernah sakit maag, asam lambung dank ram usus.  Namun sakit kali ini beda dengan sakit-sakait sebelumnya itu.  Tapi aku tetap mengkonsumsi obat lambung dan menggunakan obat-obatan herbal juga untuk pengobatan.  Dan seperti biasa di hari sabtu sakitnya hilang, badanku sudah sehat kembali walau berat badanku mulai berkurang , karena selama aku sakit makanan sulit untuk masuk.  Sehingga aku minta di sediakan kurma untuk menjaga metabolisme agar tetap sehat walau hanya makan tiga butir setiap jam makan.  Di minggu kedua sakit lambung ini aku coba minum jamu kunyit untuk mengobati lambungku, tapi bukannya berkurang sakitnya malah semakin menjadi-jadi tidak ada jedanya.  Untungnya setelah dua minggu lambungku mulai enakkan tidak sakit lagi.  Dan itu terjadi di hari sabtunya.

Sabtu, minggu berlalu aku merasa sudah cukup sehat karena aku juga sudah bisa makan normal.  Perutku tidak lagi sakit dan mual, begitu juga saat aku makan.    Aku punya kebiasaan bangun di malam hari untuk buang air kecil.  Itu biasa terjadi antara jam satu sampai dengan jam tiga pagi.  Begitu juga senin itu.  Malam itu aku terbangun, kebetulan aku tidur sendirian di kamar depan, istriku tidur bersama dengan anak-anak di kamar belakang.  Saat aku bangun telapak kakiku terasa sakit sekali.  Setiap kali aku bangun berdiri, telapak dan punggung kaki kananku sakit sehingga aku terjatuh lagi karena tidak bisa menahan rasa sakitnya.  Karena sudah kebelet aku berusaha untuk bangun dengan sedikit mengerang untuk menambah tenaga.  Namun sia-sia bukannya berhasil malah suaraku membangunkan istriku dan menghampiriku.  “Kenapa pa?” Tanya istriku.  “ Gak tahu nih, kaki sakit banget..” kataku sambil memegang kaki kananku dan mengelus posisi yang sakit.  Istriku mengambil minyak gosok dan kakiku.  “arrgghh.. sakit.” Kataku.  “Cuma di oles koq, gak di teken..” kata istriku.    Iya, tapi sakit banget..” kataku.  Akhirnya aku sendiri yang mengoleskannya.  Dan dengan rasa sakit yang masih terasa aku merangkak ke kamar mandi untuk buang air kecil.

Sebenarnya aku agak bingun dengan sakitku kali ini.  Karena rasanya sakit sekali, aku coba berfikir apa ini karena tidak mungkin asam urat karena pisisinya bukan di persendian. Dan selama ini juga aku belum pernah bermasalah dengan asam urat, kolesterol ataupun gula darah.  Sebelumnya aku rutin memeriksa darahku dan hasilnya selalu normal.  Kalaupun karena makanan rasanya aneh, karena sudah beberapa waktu makanku hanya kurma, baru dua hari ini aku bisa makan normal.  Walaupun agak bingung tapi aku anggap saja aku asam urat jadi aku kembali makan kurma dan minum air putih seperti sebelumnya.  Dan di hari sabtu sakitnya hilang, aku kembali beraktifitas normal.  Dan senin atau selasa sakitnya kembali datang.  Setelah sakit yang pertama selesai setelah beberapa waktu, aku lupa waktunya tapi setiap hari sabtu dan minggu sakitnya pasti hilang dan sembuh.

Berikutnya sakitnya berpindah-pindah, setelah di telapak dan punggung kaki kanan sembuh, berikutnya pindah di bawah pegelangan jempol kaki sebelah kiri.  Sakitnya sma seperti kecengklak.  Rasa sakitnya sama seperti waktu aku main bola tanpa sepatu dan jempolnya ketarik.  Aku mulai curiga dengan sakitku, karena ini tidak normal menurutku.  Selain sakitnya berpindah-pindah, aku juga tidak kemana-mana dan tidak ngapa-ngapain jadi tidak mungkin kakiku terkilir.  Kali ini aku biarkan saja sakitnya.  Kutahan rasa sakit sambil melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.  Dan benar saja setelah sakit di bawah pergelangan jempol kaki selesai pindah ke sebelahnya, di bawah pergelangan telunjuk kaki, setelah itu selesai pindah lagi sebelahnya.. begitu terus setelah sampi ke kelingking, berikutnya semua bagian itu sakit.  Kali aku coba mencerna apa yang terjadi.  Termasuk coba untuk merukyah diri sendiri setiap saat. 

Aku coba mencari tahu apakah aku pernah menyakiti seseorang akhir-akhir ini? Masalahnya aku jarang sekali keluar rumah dan berinteraksi dengan orang-orang setelah resign.  Waktuku lebih banyak kuhabiskan di rumah bersama keluarga.  Jadi aku tidak bisa menemukan apa yang bisa membuat orang ingin melakukan hal-hal seperti ini kepadaku.  Karena tidak mendapatkan jawaban jadi mengabaikannya tapi sakitnya terus berpindah hingga ke lutut kiriku.  Kali ini rasanya seperti dengkul kita baru saja menabrak mobil saat kita di bonceng motor.  Saya pernah merasakan itu ketika di bonceng teman sekitar belasan tahun yang lalu.  Tapi kali ini rasanya jauh lebih sakit yang membuat aku tidak bisa menggerakkan kakiku.  Jadi kaki kirikku tidak bisa di tekuk jika sudah lurus dan begitu juga sebaliknya.  Rasanya sakit sekali.

Karena sudah terlalu lama sakit yang ku derita, istriku berinisiatif untuk memanggil tukang urut yang kebetulan masih tetangga.  Awalnya aku menolak, tapi karena setelah istriku berangkat kerja ternyata tukang urutnya dating jadi mau tidak mau aku di urut.  Dan jadilah kedua kakiku di urut.  Malamnya setelah di urut kedua kakiku benar-benar sakit tidak karuan.  Bahkan kali ini aku benar-benar tidak bisa bangun dari tempat tidur, dan sakitnya benar-benar tanpa jeda.  Bukan nyut-nyutan sakitnya tapi terus menerus dan luar biasa. Selama beberapa hari aku merasakan sakit ini dan sudah tidak bisa bangun lagi sehingga untuk makan dan minum di taroh di samping tempat tidurku, dan begitu juga untuk buang air kecil.  Aku minta di sediakan botol mineral kosong ukuran satu liter.  Kadang-kadang aku memaksa ke kamar mandi dengan menggunakan skateboard anakku untuk ke kamar mandi.

Sakit ini berlangsung beberapa minggu, hingga rekan-rekan kerja istriku datang untuk menjengukku namun tidak ada perubahan sakitnya.  Sementara adikku beberapakali datang untuk menemaniku selagi aku sendiri di siang hari.  Hingga pada akhirnya keluarga istriku mengetahui kondisi sakitku dan memaksaku untuk berobat ke dokter.  Dengan di gotong aku di bawa ke klinik untuk di periksa.  Namun hasil pemeriksaan klinik menunjukkan kondisiku baik-baik saja.  Hasil laboratorium pemeriksaan darah menunjukkan kondisiku sehat dan normal.  Karena kondisiku yang parah tidak bisa jalan, bahkan tidak bisa berdiri kami meminta surat rujukan untuk pemeriksaan lebih lanjut.  Seharian saya di rumah sakit menunggu hasil lab yang lebih lengkap.  Sementara aku menunggu dengan infusan yang berisi obat pereda nyeri dan cairan.  Dan setelah menunggu seharian, di waktu maghrib hasil lab keluar, dan hasilnya...... Normal.... Sehat... tidak ada penyakit apapun.  Kolesterol, asam urat, gula darah dll entah apa itu karena terlalu banyak.. semuanya menunjukkan kondisi yang sehat.  Begitulah karena tidak ada penyakitnya maka akupun di pulangkan dengan di berikan obat pereda nyeri  selama ada obat pereda nyeri itu aku berusaha melatih kakiku untuk bisa berdiri dan berjalan.  Dan akhirnya berhasil  setelah obat pereda nyerinya habis aku sudah bisa berjalan lagi, walau masih sempoyongan dan tidak normal..  dan saat menonton berita di tv, ada berita tentang Corona yang melanda China.

Monday, 12 February 2024

Politik Dinasti dan Demokrasi di Indonesia

 Politik Dinasti di Indonesia selalu menjadi isu yang sering di henbuskan dalam ranah politik di negeri ini. Fenomena di mana anggota keluarga pejabat publik atau anggota partai sering kali mengikuti jejak orang tua atau kerabat dekat mereka dalam dunia politik telah menjadi topik hangat dalam diskusi politik. Hal ini seringkali menimbulkan perdebatan mengenai kemungkinan adanya pemberian hak istimewa atau kesempatan yang tidak adil bagi mereka yang memiliki hubungan keluarga dengan pejabat publik yang berkuasa.

Adanya kecenderungan politik dinasti tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga umum ditemui di banyak negara demokratis lainnya, termasuk Amerika Serikat. Contohnya, keluarga Kennedy, Clinton, dan Bush yang memiliki anggota keluarga yang aktif dalam dunia politik, baik di tingkat lokal maupun nasional. Namun, di negara-negara tersebut, penerimaan masyarakat terhadap fenomena ini cenderung berbeda. Beberapa melihatnya sebagai bentuk kesinambungan dalam pelayanan publik yang diwarisi dari keluarga, sementara yang lain menganggapnya sebagai bentuk nepotisme atau kesempatan yang tidak adil.

Di Indonesia, terutama saat ini, perdebatan tentang politik dinasti seringkali terfokus pada keluarga Presiden Jokowi. Meskipun banyak anggota keluarga Jokowi yang terlibat dalam politik, baik di tingkat lokal maupun nasional, penting untuk dicatat bahwa mereka juga harus melewati proses yang sama dengan kandidat lain dalam mendapatkan posisi politik mereka. Namun demikian, keberadaan orang tua yang berada dalam posisi berpengaruh tentu memberikan pengaruh dan akses yang lebih besar dalam dunia politik.

Selain itu, perlunya mempertanyakan sistem politik yang ada menjadi hal yang sangat penting. Sistem politik yang transparan, akuntabel, dan merata dalam memberikan kesempatan bagi semua warga negara adalah kunci untuk mengatasi masalah politik dinasti. Pendidikan politik yang baik juga perlu ditingkatkan agar masyarakat dapat memahami pentingnya memilih pemimpin berdasarkan kualifikasi dan visi, bukan hanya karena hubungan keluarga atau kekuatan politik tertentu.

Integritas dan independensi lembaga-lembaga pengawas, seperti lembaga legislatif, juga harus diperkuat untuk memastikan bahwa tidak ada penyalahgunaan kekuasaan atau fasilitas negara yang terjadi dalam proses politik. Konflik kepentingan dan praktik-praktik korupsi harus ditekan dengan keras agar proses politik berjalan secara adil dan demokratis.

Mengakhiri praktik politik dinasti bukanlah tugas yang mudah, tetapi dengan komitmen untuk memperbaiki sistem politik yang ada, serta meningkatkan kesadaran politik masyarakat, kita dapat menuju ke arah yang lebih baik dalam memperkuat demokrasi dan keadilan politik di Indonesia.

The Ever-Evolving Nature of Knowledge

 

Knowledge is not stagnant; it is a dynamic force that constantly evolves with time and understanding. To believe otherwise is to overlook the essence of knowledge itself. Let's delve into why the growth of knowledge is not just beneficial but essential for our intellectual and societal progress.

 

1. Adaptation to Change

The world around us is in a perpetual state of flux. New discoveries, technological advancements, and cultural shifts shape our understanding of the world. As such, knowledge must adapt to keep pace with these changes. Embracing the evolving nature of knowledge allows us to stay relevant and responsive to the needs of our time.

 

2. Expansion of Horizons

The pursuit of knowledge knows no bounds. Each breakthrough opens new vistas of exploration, inviting us to delve deeper into the mysteries of the universe. By recognizing that knowledge is boundless, we free ourselves from the constraints of ignorance and embrace the endless possibilities that lie ahead.

 

3. Critical Reflection and Revision

A fundamental aspect of knowledge is its susceptibility to scrutiny and refinement. What we once held as true may be challenged by new evidence or perspectives. This process of critical reflection and revision is not a sign of weakness but a testament to the robustness of the scientific method. It is through questioning and reevaluation that knowledge advances and matures.

 

4. Innovation and Creativity

The evolution of knowledge fuels innovation and creativity. As we build upon existing foundations, we uncover novel insights and solutions to age-old problems. By encouraging a culture of exploration and experimentation, we pave the way for groundbreaking discoveries that propel humanity forward.

 

5. Ethical Responsibility

With the power of knowledge comes great responsibility. It is incumbent upon us to wield knowledge ethically and responsibly. This entails acknowledging the limitations of our understanding, respecting diverse viewpoints, and ensuring that knowledge is used for the betterment of society as a whole.

 

In conclusion, the notion that knowledge must evolve is not a condemnation of past wisdom but a celebration of our capacity for growth and discovery. Let us embrace the ever-evolving nature of knowledge, for it is through continuous learning and adaptation that we truly unlock the boundless potential of the human intellect.

 

#KnowledgeEvolution #IntellectualProgress #ContinuousLearning #InnovationMatters

Friday, 9 February 2024

IKN, untuk kepentiangan siapa?

 Pembangunan Ibukota Nusantara (IKN) dan rencana pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur merupakan inisiatif besar yang telah menimbulkan berbagai kritik. Namun, beberapa kritik yang sering dilontarkan ternyata didasari oleh mispersepsi yang perlu diperjelas. Mari kita telaah lebih dalam.

1. Pembangunan IKN Hanya untuk Kepentingan Aparat, Bukan untuk Pemerataan Pembangunan dan Ekonomi

Faktanya, pembangunan IKN adalah bagian dari upaya pemerintah untuk mendorong pemerataan pembangunan dan ekonomi di seluruh Indonesia. Dengan memindahkan aparat pemerintahan pusat ke IKN, maka  aktivitas ekonomi di sana akan meningkat secara signifikan.

Penelitian telah menunjukkan bahwa kehadiran aparat pemerintahan pusat dapat menjadi katalisator bagi pertumbuhan ekonomi lokal. Dengan demikian, pembangunan IKN bukan hanya untuk kepentingan aparat, tetapi juga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di daerah-daerah di luar Jawa, utamanya di wilayah timur Indonesia.

2. Pemindahan Ibu Kota Hanya untuk Menghindari Masalah yang Ada di Jakarta Saat Ini

Salah kaprah untuk menganggap bahwa pemindahan ibu kota adalah upaya untuk menghindari masalah di Jakarta. Sebaliknya, ini adalah langkah strategis untuk mengatasi masalah-masalah yang telah lama menghantui ibu kota, seperti kemacetan, banjir, dan overcapacity.

Sebagai tambahan, pemindahan ibu kota tidak akan mengurangi tanggung jawab Gubernur Jakarta dalam menangani masalah di ibu kota. Sebaliknya, ini akan memungkinkan pemerintah pusat dan daerah untuk bekerja sama dalam menangani masalah infrastruktur dan lingkungan yang kompleks di Jakarta. 

Pemindahan ibu kota bukan hanya tentang mengurangi beban Jakarta, tetapi juga tentang memperkuat daerah-daerah lain di Indonesia. Dengan mengalihkan pusat administrasi negara ke Kalimantan Timur, ini akan membantu mengurangi ketimpangan antara Jakarta dan daerah-daerah lainnya.

Sebagai tambahan, ini akan mengurangi ketergantungan Jakarta pada pemerintah pusat, sehingga tidak akan ada kesenjangan perlakuan dari pemerintah pusat terhadap Jakarta dibandingkan dengan daerah lainnya.

Penutup: Meluruskan Persepsi

Melalui penjelasan ini, diharapkan masyarakat dapat melihat bahwa kritik terhadap rencana pembangunan IKN dan pemindahan ibu kota seringkali didasari oleh pemahaman yang kurang tepat. Pembangunan ini bukan hanya tentang kepentingan aparat atau untuk menghindari masalah, tetapi merupakan langkah strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, dan memperkuat seluruh Indonesia.

Saturday, 6 January 2024

"Peningkatan Kualitas Berpikir: Mebuka Pintu Keterbukaan Ilmu Pengetahuan di Masyaraka

 

Perdebatan terkait nasab Habaib Ba’alawi belakangan ini menyoroti pola berfikir dan pendekatan pemahaman ilmu di Indonesia, khususnya di kalangan Islam tradisional. Baik di antara masyarakat awam maupun kalangan yang dihormati sebagai ulama, sebagian masih cenderung mengedepankan individu dibandingkan dengan substansi ilmunya. Pengkultusan terhadap figur ulama terdahulu pun masih kerap terjadi. Akibatnya, saat ulama kontemporer melakukan kajian atau mengemukakan pemikiran yang berbeda dengan pendapat ulama sebelumnya, seringkali timbul pertanyaan 'Apakah Anda merasa lebih berpengetahuan daripada Syech Nawawi al Bantani?'

 

Perdebatan yang timbul seringkali memusatkan perhatian pada identitas individu ulama yang dikultuskan, daripada pada substansi objek yang sedang dibahas atau dikaji. Fenomena ini tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat awam, santri, atau para ulama yang diakui.

 

Pengkultusan ini cenderung menimbulkan pola pikir yang sempit, yang membatasi daya berpikir positip dan progresif.  Padahal pada dasarnya ilmu pengetahuan terus berkembang dan jika pola pikir seperti itu tetap di pegang maka akan terjadi kemandegan ilmu pengetahuan, sehingga kalimat yang mengatakan bahwa “hilangnya ilmu di sebabkan karena meninggalnya ulama” akan benar-benar terjadi.  Bayangkan jika hal tersebut terjadi pada lingkungan scientist,  jika Albert Einstein menyampaikan teori relativitas yang berbeda dengan Sir Isaac Newton, lalu para ulama scientist berkata “memangnya siapa kamu? Apa kamu lebih berpengetahuan dari Newton?”  tentu ilmu Fisika tidak akan berkembang seperti sekarang.  Bahwa hilangnya ilmu karena di wafatkannya para Ulama justru menjadi peringatan bagi kita bahwa jika kita mengkultuskan individu dan bukan subtansi keilmuannya maka niscaya ilmu akan stagnan dan mungkin akan habis.

 

Pengkultusan semacam ini cenderung menimbulkan paradigma yang terbatas, yang menghambat kemampuan untuk berpikir secara positif dan progresif. Padahal, realitasnya ilmu pengetahuan terus berkembang, dan apabila pola pikir yang sempit itu dipertahankan, kemungkinan terjadi stagnasi dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Ungkapan yang menyatakan 'kehilangan ilmu karena kematian ulama' bisa menjadi lebih nyata. Bayangkan jika paradigma semacam itu diterapkan pada lingkungan ilmuwan. Jika Albert Einstein, misalnya, mempresentasikan teori relativitas yang berbeda dengan Sir Isaac Newton, dan para ilmuwan bertanya, 'Siapakah Anda? Apakah Anda lebih berpengetahuan daripada Newton?' Tentu saja, ilmu Fisika tidak akan berkembang sejauh ini. Kehilangan ilmu akibat meninggalnya ulama seharusnya menjadi peringatan bagi kita. Jika kita terus mengkultuskan individu dibandingkan substansi keilmuannya, bisa dipastikan bahwa ilmu akan terhenti dan bahkan mungkin habis.

 

Pola pikir yang sempit dalam menerima ilmu pengetahuan di masyarakat kita mungkin disebabkan oleh beberapa faktor:

 

1.       Tradisi Kultural: Adanya warisan budaya atau tradisi yang menekankan untuk tidak mempertanyakan otoritas, sehingga orang cenderung mengikuti arahan tanpa melakukan analisis atau pemikiran kritis terhadap informasi yang diterima.

 

2.       Kurangnya Pendidikan Pemikiran Kritis: Sistem pendidikan yang tidak memperhatikan pengembangan keterampilan berpikir kritis dalam menyikapi informasi, lebih mengarah pada penghafalan tanpa memahami atau menilai secara objektif.

 

3.       Pengaruh Otoritas Agama: Kepercayaan yang kuat terhadap ulama atau figur agama tertentu bisa mengarah pada pengkultusan, membuat masyarakat merasa takut untuk berfikir atau menentang pendapat yang dianggap otoritatif.

 

4.       Ketakutan akan Kesalahan: Kultur yang memojokkan kesalahan atau merasa takut salah dalam berpikir sehingga masyarakat lebih memilih untuk mengikuti apa yang sudah diberitahukan daripada mempertanyakan atau berpikir secara mandiri.

 

5.       Kurangnya Akses Pendidikan dan Informasi yang Baik: Terutama di daerah pedesaan atau yang sulit dijangkau, masyarakat tidak memiliki akses yang memadai terhadap pendidikan atau informasi yang dapat memperluas wawasan dan pemahaman mereka.

 

6.       Kultur Konspirasi dan Fitnah: Adanya kecenderungan mendukung teori konspirasi atau fitnah sebagai penjelasan sederhana atas masalah kompleks, tanpa pertimbangan ilmiah yang kuat.

 

Mendorong pemikiran kritis, meningkatkan akses terhadap pendidikan dan informasi yang baik, serta memberikan kesempatan untuk bertanya dan mempertanyakan tanpa rasa takut adalah langkah awal dalam mengatasi pola pikir yang sempit dalam menerima ilmu pengetahuan.