Apa itu doktrin & Dogma serta contohnya :
Doktrin adalah seperangkat keyakinan atau
prinsip yang dipegang teguh dan dianggap benar oleh suatu kelompok, organisasi,
atau sistem pemikiran. Doktrin sering kali berfungsi sebagai pedoman atau
panduan bagi anggotanya dalam mengatur keyakinan, nilai, atau tindakan mereka.
Doktrin dapat mencakup berbagai bidang, termasuk agama, politik, sosial, atau
filosofi.
Contoh doktrin:
Doktrin Agama: Sebagai contoh, dalam agama
Kristen, doktrin-doktrin seperti Trinitas, keselamatan melalui iman, dan
reinkarnasi tidak diterima sebagai bagian dari keyakinan Kristen.
Doktrin Politik: Dalam konteks politik, partai
politik sering kali memiliki doktrin atau manifesto yang menggambarkan
keyakinan dan prinsip yang mereka anut, seperti pemerataan kekayaan, keadilan
sosial, atau kebebasan individu.
Doktrin Ideologi: Ideologi seperti komunisme,
kapitalisme, atau liberalisme memiliki doktrin-doktrin tertentu yang menjadi
pijakan dasar dalam pandangan dunia dan prinsip mereka.
Doktrin Organisasi: Organisasi, baik itu
organisasi nirlaba, korporasi, atau militer, seringkali memiliki
doktrin-doktrin yang merujuk pada pedoman dan nilai-nilai yang harus diikuti
oleh anggotanya.
Dogma, pada dasarnya, merujuk pada doktrin atau
keyakinan yang dianggap mutlak, tidak dapat diganggu gugat, dan tidak boleh
dipertanyakan. Dogma sering kali diterima secara tanpa syarat dan tidak terbuka
untuk perdebatan atau pemikiran kritis.
Dogma merujuk pada keyakinan atau prinsip yang
dianggap mutlak, tidak dapat diganggu gugat, dan tidak boleh dipertanyakan.
Istilah ini sering digunakan dalam konteks agama, ideologi, atau sistem
pemikiran tertentu. Dogma biasanya dianggap sebagai otoritas final dan tidak
boleh diragukan atau ditantang.
Ciri-ciri dogma meliputi:
1.
Ketidakgoyahan:
Dogma dianggap sebagai kebenaran yang tidak dapat diganggu gugat atau
diragukan. Mereka diterima sebagai ajaran yang mutlak dan tidak dapat diubah.
2.
Ketidakbisaan
Dipertanyakan: Dogma tidak boleh dipertanyakan atau diperdebatkan. Mereka
dianggap sebagai kebenaran yang tak terbantahkan dan tidak memerlukan
justifikasi rasional atau logis.
3.
Pengaruh
yang Kuat: Dogma memiliki pengaruh yang kuat pada pemikiran dan tindakan
individu atau kelompok. Mereka sering membentuk landasan moral, nilai, atau
tata cara hidup.
4.
Pengikatan
Emosional: Dogma sering kali dipegang dengan kuat secara emosional. Pengikutnya
cenderung mempertahankan dogma dengan keyakinan yang mendalam dan enggan untuk
mempertanyakan atau mempertimbangkan sudut pandang lain.
5.
Pengaruh
Sosial: Dogma sering kali memengaruhi struktur sosial dan kehidupan masyarakat
secara keseluruhan. Mereka dapat membentuk norma-norma, kebiasaan, dan sistem
nilai dalam suatu komunitas.
Contoh dogma termasuk keyakinan yang tak
tergoyahkan dalam agama tertentu, prinsip-prinsip fundamental dalam ideologi
politik, atau asumsi-asumsi yang tidak dapat diganggu gugat dalam beberapa
bidang ilmu pengetahuan tertentu. Penting untuk diingat bahwa sifat dogma
sering kali bertentangan dengan semangat kritis dan pemikiran terbuka, yang mendorong
pertanyaan, pemahaman yang lebih luas, dan penemuan baru.
Contoh dogma:
1.
Dogma
Keagamaan: Misalnya, dalam beberapa kepercayaan agama, ada keyakinan yang
dianggap dogma dan tidak boleh dipertanyakan, seperti ketuhanan Yesus Kristus
dalam agama Kristen atau keutamaan Al-Quran dalam agama Islam.
2.
Dogma
Politik: Beberapa ideologi politik memiliki dogma tertentu yang dianggap tak
tergoyahkan, misalnya, dalam paham komunisme, keyakinan akan tak terelakkan
dari revolusi proletariat dan penghapusan kelas sosial.
3.
Dogma
Ilmiah: Meskipun sains didasarkan pada metode ilmiah yang mengedepankan pemikiran
kritis, ada kasus di mana teori-teori tertentu dianggap sebagai dogma, yang
berarti tidak boleh dipertanyakan. Namun, sifat sains sejati adalah terus
menerus menguji dan memperbarui pemahaman kita berdasarkan bukti baru.
Penting untuk dicatat bahwa doktrin dan dogma
dapat bervariasi tergantung pada konteksnya, dan kadang-kadang interpretasi
atau penafsiran individu dapat memainkan peran yang signifikan dalam memahami
dan mengadopsi doktrin atau dogma tertentu.
Doktrin dan dogma dapat membatasi pemikiran
seseorang jika dipegang tanpa kritik. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut:
·
Penghambatan
Pemikiran Kritis: Doktrin dan dogma sering kali datang dengan keyakinan yang
kuat dan tak tergoyahkan. Jika seseorang menerima doktrin atau dogma tanpa
melakukan pemikiran kritis, hal itu dapat menghambat kemampuan mereka untuk
mempertanyakan, menganalisis, dan mengevaluasi keyakinan tersebut secara
objektif. Tanpa kritik, pemikiran seseorang cenderung menjadi terbatas pada apa
yang telah ditetapkan oleh doktrin atau dogma tersebut.
·
Ketidakmampuan
Melihat Perspektif Lain: Doktrin dan dogma yang dipegang tanpa kritik dapat menyebabkan
seseorang menjadi kurang mampu melihat perspektif yang berbeda. Mereka mungkin
terpaku pada pandangan yang diberikan oleh doktrin atau dogma, dan tidak
membuka diri untuk mempertimbangkan sudut pandang lain yang mungkin memiliki
nilai atau kebenaran.
·
Ketertutupan
terhadap Pengetahuan Baru: Ketika seseorang menerima doktrin atau dogma tanpa
melakukan kritik, mereka cenderung menolak pengetahuan baru yang bertentangan
dengan keyakinan yang ada. Mereka mungkin menutup diri terhadap informasi atau
bukti yang tidak sesuai dengan doktrin atau dogma tersebut. Hal ini dapat
menghambat pertumbuhan intelektual dan kemampuan untuk mengembangkan pemahaman
yang lebih luas dan terinformasi.
·
Kurangnya
Inovasi dan Perubahan: Doktrin dan dogma yang dipegang tanpa kritik juga dapat
menghambat inovasi dan perubahan. Seseorang mungkin terjebak dalam cara
berpikir yang kaku dan enggan mencoba pendekatan baru atau ide-ide yang
berbeda. Tanpa kritik, mereka mungkin tidak mampu melihat
kemungkinan-kemungkinan baru atau mencari solusi yang lebih efektif dalam
menghadapi tantangan atau perubahan dalam kehidupan.
·
Ketidakmampuan
untuk Menerima Kekeliruan atau Perubahan: Ketika seseorang terikat dengan
doktrin atau dogma tanpa kritik, mereka cenderung enggan mengakui kekeliruan
atau perubahan dalam keyakinan mereka. Mereka mungkin mempertahankan keyakinan
mereka meskipun ada bukti yang mengindikasikan ketidakbenaran atau kekurangan.
Hal ini dapat menghambat kemampuan mereka untuk belajar dari kesalahan,
berkembang, dan beradaptasi dengan pemahaman baru.
Penting untuk mengingat bahwa kritik yang sehat
dan konstruktif bukan berarti menolak sepenuhnya doktrin atau dogma. Namun,
penting bagi seseorang untuk tetap terbuka terhadap pemikiran kritis, penilaian
yang objektif, dan keberanian untuk menantang keyakinan yang ada. Dengan
melakukannya, seseorang dapat melampaui batasan yang mungkin dihasilkan oleh
doktrin atau dogma dan memperluas pemahaman dan perspektif mereka.
No comments:
Post a Comment