Total Pageviews

Thursday 15 June 2023

BAGAIMANA DOKTRIN DAN DOGMA MEMPENGARUHI KITA?

Apa itu doktrin & Dogma serta contohnya :

 

Doktrin adalah seperangkat keyakinan atau prinsip yang dipegang teguh dan dianggap benar oleh suatu kelompok, organisasi, atau sistem pemikiran. Doktrin sering kali berfungsi sebagai pedoman atau panduan bagi anggotanya dalam mengatur keyakinan, nilai, atau tindakan mereka. Doktrin dapat mencakup berbagai bidang, termasuk agama, politik, sosial, atau filosofi.

 

Contoh doktrin:

 

Doktrin Agama: Sebagai contoh, dalam agama Kristen, doktrin-doktrin seperti Trinitas, keselamatan melalui iman, dan reinkarnasi tidak diterima sebagai bagian dari keyakinan Kristen.

Doktrin Politik: Dalam konteks politik, partai politik sering kali memiliki doktrin atau manifesto yang menggambarkan keyakinan dan prinsip yang mereka anut, seperti pemerataan kekayaan, keadilan sosial, atau kebebasan individu.

 

Doktrin Ideologi: Ideologi seperti komunisme, kapitalisme, atau liberalisme memiliki doktrin-doktrin tertentu yang menjadi pijakan dasar dalam pandangan dunia dan prinsip mereka.

Doktrin Organisasi: Organisasi, baik itu organisasi nirlaba, korporasi, atau militer, seringkali memiliki doktrin-doktrin yang merujuk pada pedoman dan nilai-nilai yang harus diikuti oleh anggotanya.

Dogma, pada dasarnya, merujuk pada doktrin atau keyakinan yang dianggap mutlak, tidak dapat diganggu gugat, dan tidak boleh dipertanyakan. Dogma sering kali diterima secara tanpa syarat dan tidak terbuka untuk perdebatan atau pemikiran kritis.

 

Dogma merujuk pada keyakinan atau prinsip yang dianggap mutlak, tidak dapat diganggu gugat, dan tidak boleh dipertanyakan. Istilah ini sering digunakan dalam konteks agama, ideologi, atau sistem pemikiran tertentu. Dogma biasanya dianggap sebagai otoritas final dan tidak boleh diragukan atau ditantang.

 

Ciri-ciri dogma meliputi:

 

1.       Ketidakgoyahan: Dogma dianggap sebagai kebenaran yang tidak dapat diganggu gugat atau diragukan. Mereka diterima sebagai ajaran yang mutlak dan tidak dapat diubah.

 

2.       Ketidakbisaan Dipertanyakan: Dogma tidak boleh dipertanyakan atau diperdebatkan. Mereka dianggap sebagai kebenaran yang tak terbantahkan dan tidak memerlukan justifikasi rasional atau logis.

 

3.       Pengaruh yang Kuat: Dogma memiliki pengaruh yang kuat pada pemikiran dan tindakan individu atau kelompok. Mereka sering membentuk landasan moral, nilai, atau tata cara hidup.

 

4.       Pengikatan Emosional: Dogma sering kali dipegang dengan kuat secara emosional. Pengikutnya cenderung mempertahankan dogma dengan keyakinan yang mendalam dan enggan untuk mempertanyakan atau mempertimbangkan sudut pandang lain.

 

5.       Pengaruh Sosial: Dogma sering kali memengaruhi struktur sosial dan kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Mereka dapat membentuk norma-norma, kebiasaan, dan sistem nilai dalam suatu komunitas.

 

Contoh dogma termasuk keyakinan yang tak tergoyahkan dalam agama tertentu, prinsip-prinsip fundamental dalam ideologi politik, atau asumsi-asumsi yang tidak dapat diganggu gugat dalam beberapa bidang ilmu pengetahuan tertentu. Penting untuk diingat bahwa sifat dogma sering kali bertentangan dengan semangat kritis dan pemikiran terbuka, yang mendorong pertanyaan, pemahaman yang lebih luas, dan penemuan baru.

 

Contoh dogma:

 

1.       Dogma Keagamaan: Misalnya, dalam beberapa kepercayaan agama, ada keyakinan yang dianggap dogma dan tidak boleh dipertanyakan, seperti ketuhanan Yesus Kristus dalam agama Kristen atau keutamaan Al-Quran dalam agama Islam.

 

2.       Dogma Politik: Beberapa ideologi politik memiliki dogma tertentu yang dianggap tak tergoyahkan, misalnya, dalam paham komunisme, keyakinan akan tak terelakkan dari revolusi proletariat dan penghapusan kelas sosial.

 

3.       Dogma Ilmiah: Meskipun sains didasarkan pada metode ilmiah yang mengedepankan pemikiran kritis, ada kasus di mana teori-teori tertentu dianggap sebagai dogma, yang berarti tidak boleh dipertanyakan. Namun, sifat sains sejati adalah terus menerus menguji dan memperbarui pemahaman kita berdasarkan bukti baru.

 

Penting untuk dicatat bahwa doktrin dan dogma dapat bervariasi tergantung pada konteksnya, dan kadang-kadang interpretasi atau penafsiran individu dapat memainkan peran yang signifikan dalam memahami dan mengadopsi doktrin atau dogma tertentu.

 

Doktrin dan dogma dapat membatasi pemikiran seseorang jika dipegang tanpa kritik. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut:

 

·         Penghambatan Pemikiran Kritis: Doktrin dan dogma sering kali datang dengan keyakinan yang kuat dan tak tergoyahkan. Jika seseorang menerima doktrin atau dogma tanpa melakukan pemikiran kritis, hal itu dapat menghambat kemampuan mereka untuk mempertanyakan, menganalisis, dan mengevaluasi keyakinan tersebut secara objektif. Tanpa kritik, pemikiran seseorang cenderung menjadi terbatas pada apa yang telah ditetapkan oleh doktrin atau dogma tersebut.

 

·         Ketidakmampuan Melihat Perspektif Lain: Doktrin dan dogma yang dipegang tanpa kritik dapat menyebabkan seseorang menjadi kurang mampu melihat perspektif yang berbeda. Mereka mungkin terpaku pada pandangan yang diberikan oleh doktrin atau dogma, dan tidak membuka diri untuk mempertimbangkan sudut pandang lain yang mungkin memiliki nilai atau kebenaran.

 

·         Ketertutupan terhadap Pengetahuan Baru: Ketika seseorang menerima doktrin atau dogma tanpa melakukan kritik, mereka cenderung menolak pengetahuan baru yang bertentangan dengan keyakinan yang ada. Mereka mungkin menutup diri terhadap informasi atau bukti yang tidak sesuai dengan doktrin atau dogma tersebut. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan intelektual dan kemampuan untuk mengembangkan pemahaman yang lebih luas dan terinformasi.

 

·         Kurangnya Inovasi dan Perubahan: Doktrin dan dogma yang dipegang tanpa kritik juga dapat menghambat inovasi dan perubahan. Seseorang mungkin terjebak dalam cara berpikir yang kaku dan enggan mencoba pendekatan baru atau ide-ide yang berbeda. Tanpa kritik, mereka mungkin tidak mampu melihat kemungkinan-kemungkinan baru atau mencari solusi yang lebih efektif dalam menghadapi tantangan atau perubahan dalam kehidupan.

 

·         Ketidakmampuan untuk Menerima Kekeliruan atau Perubahan: Ketika seseorang terikat dengan doktrin atau dogma tanpa kritik, mereka cenderung enggan mengakui kekeliruan atau perubahan dalam keyakinan mereka. Mereka mungkin mempertahankan keyakinan mereka meskipun ada bukti yang mengindikasikan ketidakbenaran atau kekurangan. Hal ini dapat menghambat kemampuan mereka untuk belajar dari kesalahan, berkembang, dan beradaptasi dengan pemahaman baru.

 

Penting untuk mengingat bahwa kritik yang sehat dan konstruktif bukan berarti menolak sepenuhnya doktrin atau dogma. Namun, penting bagi seseorang untuk tetap terbuka terhadap pemikiran kritis, penilaian yang objektif, dan keberanian untuk menantang keyakinan yang ada. Dengan melakukannya, seseorang dapat melampaui batasan yang mungkin dihasilkan oleh doktrin atau dogma dan memperluas pemahaman dan perspektif mereka.

No comments:

Post a Comment