Total Pageviews

Thursday 15 June 2023

PENGKRITIK HABAIB ADALAH IBLIS?

 

Dalam sebuah video yang beredar di Youtube ada seorang habib mengatakan bahwa “ada orang-orang yang mulai mengkiritik habib, orang-orang seperti ini sama dengan Iblis”.  Mungkin kutipan tersebut tidak sama persis dengan kalimat sebenarnya, tapi secara esensi sama bahwa habib itu tidak boleh di kritik, tidak boleh di pertanyakan, secara tidak langsung habib itu maksum.  Tidak ada seorangpun yang berhak mengkritik habib, baik itu orang alim, atau berilmu, apalagi masyarakat biasa.

 

Untuk itu marilah kita coba untuk mengenal Iblis, siapakah iblis dan bagaimanakah Iblis itu?.

 

Dalam Al Qur’an di jelaskan bahwa Iblis adalah malaikat yang menolak untuk sujud kepada Adam,  kenapa? Karena Iblis merasa dia lebih mulia.  Dia merasa memiliki kedudukan yang lebih tinggi dan lebih berilmu, sehingga tidak pantas jika dia bersujud kepada Adam yang hanya manusia yang terbuat dari tanah,

 

Berdasarkan cerita di atas maka bisa kita simpulkan bahwa sifat-sifat yang seperti itu di nisbatkan sebagai sifat Iblis.  Apaa saja sifat yang melekat pada Iblis?

 

Sombong dan Angkuh  :  Sifat Iblis yang paling jelas adalah sombong dan angkuh,  kesombongan iblis yang enggan menyembah Adam karena dirinya merasa lebih mulia, baik secara nasab maupun secara kedudukan, dia merasa memiliki jasa yang lebih di bandingkan Adam.  Oleh karena itulah Iblis berani ingkar terhadap perintah Tuhan.  Kesombongan Iblis berani menabrak semua ajaran dan tuntunan yang selama di ketahuinya dan melawan keputusan Tuhan.

 

Berdasarkan paparan di atas maka siapakah yang lebih menyerupai Iblis.  Apakah orang-orang yang mengkritik atas kelakuan atau ucapan oknum Habaib yang tidak sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW ataukah mereka yang justru menyombongkan diri dengan nasab dan tidak bisa menerima kritik dari pihak manapun, bahkan cenderung melakukan propaganda dan provokasi terhadap mereka yang mengikutinya dengan fanatic buta.

 

Dalam konteks yang lebih luas, perlu dicatat bahwa pendekatan kritis terhadap individu, termasuk habaib atau siapa pun yang memiliki otoritas keagamaan, tidak dapat disamakan dengan sifat Iblis. Kritik yang disampaikan dengan sopan, niat baik, dan tujuan konstruktif adalah bagian dari kebebasan berpendapat dan upaya untuk mencapai pemahaman yang lebih baik. Namun, jika kritik itu bersifat memfitnah, menyerang secara pribadi, atau bertujuan untuk merusak reputasi tanpa dasar yang kuat, maka hal itu dapat dianggap sebagai perilaku yang tidak etis.

 

I. Mengenal Sifat-sifat Iblis

A. Sombong dan Angkuh

·         Iblis menolak bersujud kepada Adam karena merasa lebih mulia.

·         Kesombongan dan angkuhnya membuatnya melawan perintah Tuhan.

 

B. Ingkar terhadap Perintah Tuhan

·         Iblis melanggar perintah Tuhan dengan menolak bersujud kepada Adam.

·         Kebanggaan dirinya membuatnya berani menabrak ajaran dan tuntunan yang diterimanya.

 

II. Mengkritik dengan Niat Baik dan Konstruktif

A. Kebebasan Berpendapat dan Tantangan Konstruktif

Kritik yang bersifat membangun dapat membantu individu atau komunitas untuk berkembang.

Pertanyaan dan tantangan yang diajukan dengan niat baik dapat mendorong refleksi dan introspeksi.

 

B. Pentingnya Pendekatan yang Bermartabat

1.       Kritik yang disampaikan dengan sikap saling menghormati dan menghargai akan lebih diterima.

2.       Memisahkan antara individu dengan tindakan atau pernyataannya adalah penting dalam memberikan kritik yang adil.

 

III. Menyikapi Propaganda dan Fanatisme Buta

A. Menghindari Provokasi dan Fanatisme

1.       Provokasi dan fanatisme buta tidak membantu menciptakan dialog yang bermakna.

2.       Penting untuk menghindari tindakan yang dapat memperburuk situasi dan merugikan kedamaian sosial.

 

B. Membuka Ruang untuk Dialog dan Pemahaman

1.       Membangun jembatan komunikasi yang sehat dapat membantu mengatasi perbedaan pendapat.

2.       Memiliki keterbukaan untuk mendengarkan perspektif yang berbeda dapat membantu memperluas pemahaman.

 

Kesimpulan:

Mengkritik habaib atau individu yang memiliki otoritas keagamaan bukanlah tindakan yang secara otomatis menyamakan seseorang dengan sifat Iblis. Kritik yang disampaikan dengan niat baik, sopan, dan tujuan konstruktif adalah bagian dari kebebasan berpendapat dan upaya untuk mencapai pemahaman yang lebih baik. Namun, penting untuk menghindari propaganda, fanatisme buta, dan sikap yang merusak reputasi tanpa dasar yang kuat. Dialog yang bermartabat dan saling menghormati dapat membantu mengatasi perbedaan pendapat dan mempromosikan harmoni dalam masyarakat.

No comments:

Post a Comment